Kamis, 05 Januari 2012

perbedaan KBK dan KTSP

BAB I
DASAR PENGEMBANGAN KURIKULUM
1.1.       Pengertian Kurikulum
Istilah kurikulum berasal dari bahasa latin, yakni ‘’Curriculae‘’, artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Pada waktu itu pengertian kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman dalam kegiatan penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Isi kurikulum merupakan susunan, bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan penyelanggaraan suatu pendidikan 
 1.2.       Landasan Pengembangan Kurikulum
Kurikulum disusun untuk mewujudkan  tujuan  pendidikan  nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik  dan kesesuaiannya dengan lingkungan ,kebutuhan pembangunan nasional,perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta kesenian,sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan.
Berdasarkan ketentuan dan konsep-konsep tersebut, pengembangan kurikulum agar berlandaskan faktor-faktor sebagai berikut:
1.             Tujuan filsafat dan pendidikan nasional yang dijadikan dasar untuk merumuskan  tujuan institusional yang pada gilirannya menjadi landasan dalam merumuskan tujuan kurikulum suatu satuan pendidikan.
2.             Sosial budaya dan agama yang berlaku dalam masyarakat kita.
3.             Perkembangan peserta didik ,yang menunjuk pada karakteristik perkembangan peserta didik.
4.             Keadaan lingkungan ,yang dalam arti luas  meliputi lingkungan manusiawi ( interpersonal ) .lingkungan  kebudayaan termasuk iptek ( kultural ),dan lingkungan hidup  ( bioekologi),serta lingkungan  (geoekologis).
5.             Kebutuhan pembangunan yang mencakup lkebutuhan pembangunan di bidang ekonomi,kesejahteraan rakyat,hukum,hankam,dan sebagainya.
6.             Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai denagn sistem, nilai dan kemanusiawian serta budaya bangsa.




BAB II
MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI
2.1.       Konsep Dasar Kurikulum Berbasis Kompetensi
A.           Pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi
Dari beberapa sumber dapat kita temukan bahwa kurikulum dapat dimaknai dalam tiga konteks, yaitu kurikulum sebagai sejumlah mata pelajaran, kurikulum sebagai pengalaman belajar, dan kurikulum sebagai perencanaan program belajar.
Pengertian kurikulum sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik merupakan konsep kurikulum yang sampai saat ini banyak mewarnai teori-teori dan praktik pendidikan. (Saylor, Alexander, Lewis, 1981).
Sebagai mata pelajaran yang harus dikuasai oleh anak didik, dalam proses perencanaannya kurikulum memiliki ketentuan sebagai berikut:
1.             Perencanaan kurikulum biasanya menggunakan judgement ahli bidang studi. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor sosial dan faktor pendidikan, ahli tersebut menentukan mata pelaiaran apa yang harus diajarkan pada siswa.
2.             Dalam menentukan dan memyeleksi kurikulum perlu dipertimbangkan beberapa hal seperti tingkat kesulitan, minat siswa, urutan bahan pelajaran, dan lain sebagainya.
3.             Perencanaan dan implementasi kurikulum ditekankan kepada penggunaan metode dan strategi pembelaiaran yang  memungkin-kan anak didik  dapat menguasai materi pelajaran, semacam menggunakan  pendekatan ekpositori.
Pengertian kurikulum sebagai pengalaman belajar mengandung makna bahwa kurikulum adalah seluruh kegiatan  yang dilakukan siswa baik didalam maupun di luar sekolah asal kegiatan tersebut berada di bawah tanggung jawab guru (sekolah).
Banyak tokoh yang menganggap kurikulum sebagai pengalaman di antaranya adalah Hollis L. Caswell dan Doak S. Campbell (1935) yang menyatakan bahwa kurikulum adalah:
All of the experiences children have under the guidance of teacher".
Demikian juga dengan Dorris Lee dan Murray Lee (1940) yang menyatakan kurikulum sebagai:
“...Those experiences of the child which the school in any way utilizes or attempts to influence”
Lebih jelas lagi dikemukakan oleh H.H. Giles. ST, McCutchen, dan A.N.Zechiel:
"The curriculum... the total experience with which the school deals in educating young people”
Bagi mereka, kurikulum itu bukan hanya menyangkut mata pelajaran yang harus di pelajari, akan tetapi menyangkut seluruh usaha sekolah untuk mempengaruhi siswa belajar baik di dalam maupun di luar kelas atau bahkan di luar sekolah.
Dalam dokumen kurikulum 2004 dirumuskan bahwa Kurikulum Berbasis kompetensi merupakan perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai oleh siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan surnber daya pendidikan (Depdiknas 2002).
Menurut McAshan, kompetensi itu adalah suatu pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan atau apa kapabilitas yang dimiliki oleh seseorang yang telah menjadi bagian dirinya sehingga mewarnai perilaku kognitif, afektif, dan psikomotoriknya.
Dari pendapat di atas, maka jelas suatu kompetensi harus didukung oleh pengetahuan, sikap, dan apresiasi, artinya tanpa pengetahuan dan sikap tidak mungkin muncul suatu kompetensi tertentu.
Sejalan dengan pendapat tersebut, Gordon (1988) menjelaskan beberapa aspek yang harus terkandung dalam kompetensi sebagai berikut :
1.             Pengetahuan (knowledge), yaitu tentang pengetahuan seseorang untuk melakukan sesuatu, misalnya akan dapat melakukan proses berpikir ilmiah untuk memecahkan suatu persoalan manakala ia memiliki pengetahuan yang memadai tentang langkah-langkah berpikir ilmiah.
2.             Pemahaman (understanding), yaitu kedalaman kognitif dan afektif yang dimemiliki  oleh individu. Misalnya siswa hanya mungkin dapat  memecahkan masalah ekonomi manakala ia memahami konsep ekonomi.
3.             Keterampilan (Skill) adalah suatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas yang dibebankan. Misalnya siswa hanya mungkin dapat melakukan pengamatan tentang mikroorganisme manakala ia memiliki keterampilan bagaimana cara menggunakan mikroskop sebagai alat.
4.             Nilai (value), adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga akan mewarnai dalam segala tindakannya. Misalnya standar perilaku siswa dalam melaksanakan proses berpikir seperti keterbukaan, kejujuran, demokratisasi, kasih saying dan lain sebagainya.
5.             Sikap (attitude) yaitu perasaan atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang dating dari luar, misalnya perasaan senang, atau tidak senang terhadap munculnya aturan baru; rekreasi terhadap diberlakukannya Kurikulum Berbasis Kompetensi; dan lain sebagainya.
6.             Minat (Interest). Yaitu keenderungan seseorang untuk melakukan suatu tindakan atauperbuatan. Misalnya minat untuk mempelajari dan memperdalam materi pelajaran.
Dari  pengertian kompetensi seperti yang telah dijelaskan di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa dalam KBK bukan hanya sekedar agar siswa memahami materi pelajaran untuk mengembangkan kemampuan intelektual, saja akan tetapi bagaimana pengetahuan yang dipahami itu dapat mewarnai perilaku yang ditampilkan dalam kehidupannya.
B.            Sejarah dan Perkembangan  Kurikulum Berbasis Kompetensi
Kurikulum Berbasis Kompetisi Lahir ditengah-tengah adanya tuntutan mutu pendidikn di Indonesia. Banyak kalangan yang berpendapat bahwa mutu pendidikan Indonesia semakin hari semakin terpuruk. Bahkan dengan Negara tetangga pun yang dulu belajar ke Indonesia, seperti Malaysia, Indonesia tertinggal dalam hal mutu pendidikan. Pendidikan di Indonesia dianggap hanya melahirkan lulusan yang akan menjadi beban Negara dan masyarakat, karena kurang ditunjang dengan kompetensi yang memadai ketika terjun dalam masyarakat. Untuk merespon hal tersebut , pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional menawarkan kurikulum yang dianggap mampu menjawab problematika seputar rendahnya mutu pendidikan dewasa ini. Karena dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi peserta didik diarahkan untuk menguasai sejumlah kompetensi sesuai dengan standar yang telah ditentukan (Kunandar, 2005).
Kurikulum Berbasis Kompetensi digagas ketika Mentri Pendidikan dijabat oleh Prof. Abdul Malik Fadjar, M.Sc. Ketentuan- ketentuan yang ada dalam Kurikulum Bebasis Kompetensi adalah:
1.             Bersifat : Competency Based Curriculum
2.             Penyebutan SLTP menjadi SMP ( Sekolah Menengah Pertama ) dan SMU menjadi SMA (Sekolah Menengah Atas ).
3.             Program Pengajaran SD disusun dalam 7 mata pelajaran
4.             Program Pengajaran SMP disusun dalam 11 mata pelajaran
5.             Program Pengajaran SMA dilakukan di kelas II, terdiri atas Ilmu Alam, Sosial, dan Budaya (Kompas,16 Agustus 2005).
Kurikulum Berbasis Kompetensi meskipun sudah diujicobakan di beberapa sekolah melalui Pilot Project, tetapi ironisnya pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional belum mengesahkan kurikulum ini secara formal. Sepertinya pemerintah masih ragu-ragu dengan kurikulum ini. Hal ini dimaklumi, karena uji coba kurikulum ini menuai kritik dari berbagai kalangan, baik para ahli pendidikan maupun praktisi pendidikan. Beberapa Kritik terhadap kurikulum tersebut :
1.             Masih sarat dengan materi sehingga ketakutan guru akan dikejar-kejar materi seperti yang terjadi pada kurikulum 1994 akan terulang kembali.
2.             Pemerintah pusat dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional masih terlalu intervensi terhadap kewenangan sekolah dan guru untuk mengembangkan kurikulum tersebut.
3.             Masih belum jelasnya ( bias ) pengertian kompetensi sehingga ketika diterapkan pada standar kompetensi kelulusan belum terlalu aplikatif.
4.             Adanya system penilaian yang belum begitu jelas dan terukur.
Melalui kebijakan pemerintah, kurikulum berbasis kompetensi mengalami revisi, dengan keluarnya Permen Diknas Nomor 22 tentang Standar Isi, Permen Diknas Nomor 23 tentang Standar Kompetensi Lulusan, dan Permen Diknas Nomor 24 tentang Pelaksanaan kedua permen diatas. Ketiga Permen tersebut dikeluarkan pada tahun 2006. Dengan dikeluarkannya ketiga Permen tersebut seakan menjawab ketidak jelasan nasib KBK yang selama ini sudah diterapkan dibeberapa sekolah, baik melalui Pilot Project atau swadaya dari sekolah tersebut. Keterandalan dan keunggulan kurikulum ini pun masih perlu diuji dilapangan dan waktu yang nanti akan menjawabnya.
C.           Karakteristik dan Tujuan Kurikulum Berbasis Kompetensi
Depdiknas (2002) mengemukakan karakteristik KBK secara lebih rinci sebagai berikut:
1.             Menekankan kepada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual 'maupun klasikal. Ini mengandung pengertian bahwa Kurikulum Berbasis Kompetensi menekankan kepada ketercapaian kompetensi. Artinya isi KBK pada intinya adalah sejumlah kompetensi yang harus; dicapai oleh siswa, kompetensi inilah yang selanjutnya dinamakan standar minimal atau kemampuan dasar.
2.             Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman. Ini artinya, keberhasilan pencapaian kompetensi dasar diukur oleh indikator hasil belajar. Indikator inilah yang selanjutnya dijadikan acuan apakah kompetensi yang diharapkan sudah tercapai atau belum. Proses pencapaian hasil belajar itu tentu saja sangat tergantung pada kemampuan siswa. Sebab diyakini, siswa memiliki kemampuan dan kecepatan yang berbeda. KBK memberikan peluang yang sama kepada seluruh siswa untuk dapat mencapai hasil belajar
3.             Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode bervariasi. Artinya sesuai dengan keberagaman siswa, maka metode yang digunakan dalam proses pembelajaran harus bersifat multimetode. Hal ini dimaksudkan untuk merangsang kemampuan berpikir siswa. Bahwa belajar sebagai proses menerima informasi dari guru, dalam KBK harus ditinggalkan. Belajar adalah proses mencari dan menemukan. Belajar adalah proses mengonstruksi pengetahuan oleh siswa. Oleh sebab itu proses pembelajaran harus bervariasi.
4.             Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif. Artinya, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi informasi, dewasa ini siswa bisa belajar dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar yang tersedia. Guru, dalam pembelajaran KBK, guru bukan sebagai satu-satunya sumber belajar. Guru berperan hanya sebagai fasilitator untuk mempermudah siswa belajar dari berbagai macam sumber belajar.
5.             Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi. Artinya, keberhasilan pembelajaran KBK tidak hanya diukur dari sejauh mana siswa dapat menguasai isi atau materi pelajaran, akan tetapi juga bagaimana cara mereka menguasai pelajaran tersebut. Oleh sebab itu, KBK menempatkan hasil dan proses belajar sebagai dua sisi yang sama pentingnya.
Tujuan Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk menghadapi perannya di masa datang dengan mengembangkan sejumlah kecakapan hidup (life skill). Kecakapan hidup (life skill) adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari dan menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya.
2.2.       Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi
A.           Asas Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi
Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sebagai pedoman dan alat pendidikan bagi guru, didasarkan pada tiga asas pokok, yaitu asas filosofis, asas psikologis, dan asas sosiologis teknologis. Selanjutnya makna ketiga asas tersebut dijelaskan di bawah ini.
Pertama, asas  filosofis berkenaan  dengan sistem  nilai (value system) yang berlaku di masyarakat. Di Indonesia system nilai yang berlaku adalah Pancasila, oleh sebab itu  membentuk manusia yang Pancasilais merupakan tujuan  dan arah dari segala ikhtiar berbagai level dan jenis pendidikan. Dengan demikian, isi KBK yang disusun harus memuat  dan mencerminkan  nilai-nilai Pancasila.
Kedua, asas psikologis berhubungan dengan aspek kejiwaan dan perkembangan peserta didik. Mengapa KBK harus didasarkan pada asas psikologis? Oleh sebab (1) secara psikologis anak didik memiliki perbedaan baik perbedaan minat, bakat maupun potensi yang dimilikinya. Walaupun secara fisik mungkin saja ada dua orang anak yang sama, akan tetapi secara psikologis tidak sama. Anak adalah organisme yang unik, yang berbeda satu  dengan yang lain. (2) Anak adalah organisme yang sedang berkembang. Pada setiap tahapan perkembangannya mereka memiliki karakteristik dan ciri tertentu. Berdasarkan karakteristik dan ciri-ciri itulah setiap anak harus menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya. Sebab, manakala tugas perkembangan pada suatu tahap tidak terselesaikan, maka akan mengganggu tahapan berikutnya. Dengan demikian baik tujuan, isi dan strategi pengembangan KBK harus memerhatikan kondisi psikologi perkembangan dan psikologi belajar anak.
Ketiga Pengembangan KBK juga didasarkan kepada asas sosiologis dan teknologis. Hal ini didasarkan  pada asumsi bahwa sekolah berfungsi untuk mempersiapkan anak didik agar mereka dapat berperan aktif di masyarakat. Oleh karena itu kurikulum sebagai alat dan pedoman dalam proses pendidikan di sekolah harus relevan dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat.
B.            Prinsip Pengembangan dan Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi
a)            Prinsip Pengembangan KBK
Terdapat sejumlah prinsip yang harus diperhatikan dalam proses pengembangan  Kurikulum Berbasis Kompetensi, yaitu :
a.             Peningkatan Keimanan, Budi Pekerti luhur, dan Penghayatan Nilai-nilai Budaya
Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yaitu membentuk manusia yang beriman dan bertakwa sejalan dengan filsafat bangsa, maka peningkatan keimanan dan pembentukan budi pekerti luhur, merupakan prinsip pertama yang harus diperhatikan oleh para pengembang KBK. Dengan demikian, prinsip ini harus digali, dipahami, dan diamalkan sehingga mewarnai proses pengembangan kurikulum.
b.             Keseimbangan Etika, Logika, Estetika, dan Kinestetika
Pembentukan manusia yang utuh merupakan tujuan utama pendidikan. Manusia utuh adalah manusia yang seimbang antara kemampuan intelektual dan sikap dan moral serta keterampilan. Pengembangan KBK harus memerhatikan ketiga keseimbangan tersebut.
c.             Penguatan Integritas Nasional
Indonesia adalah negara yang terdiri dari berbagai suku dengan latar budaya yang sangat beragam. Pendidikan harus dapat menanamkan pemahaman dan penghargaan terhadap perkembangan budaya dan peradaban bangsa yang majemuk, sehingga mampu memberikan sumbangan terhadap peradaban dunia.
d.            Perkembangan Pengetahuan dan Teknologi Informasi
Pengembangan KBK diarahkan agar anak memiliki kemampuan berpikir dan belajar dengan cara mengakses, memilih dan menilai pengetahuan untuk mengatasi situasi yang cepat berubah dan penuh tantangan serta ketidakpastian melalui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi.
e.             Pengembangan Kecakapan Hidup
Kecakapan hidup mencakup keterampilan diri (personal skills), keterampilan berpikir rasional (thinking skills), keterampilan sosial (social skills), keterampilan akademik (academic skills), keterampilan vokasional (vocational skills). Kurikulum mengembangkan kecakapan hidup melalui pembudayaan membaca, menulis, dan berhitung; sikap, dan perilaku adaptif, kreatif, kooperatif, dan kompetitif.
f.              Pilar Pendidikan
Kurikulum mengorganisasikan fondasi belajar ke dalam empat pilar, yaitu: (1) belajar untuk memahami; (2) belajar untuk berbuat kreatif; (3) belajar hidup dalam kebersamaan; dan (4) belajar untuk membangun dan mengekspresikan jati diri yang dilandasi ketiga pilar sebelumnya.
g.             Komprehensif dan Berkesinambungan
Komprehensif mencakup keseluruhan dimensi kemampuan dan substansi yang disajikan secara berkesinambungan mulai dari usia Taman Kanak-kanak atau Rauddhatul Athfal sampai dengan pendidikan. menengah. Kemampuan mencakup pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap, pola pikir, dan perilaku. Substansi mencakup norma, nilai-nilai, dan konsep, serta fenomena dan kenyataan yang berkembang dalam kehidupan masyarakat.
h.             Belajar Sepanjang Hayat
Pendidikan diarahkan pada proses pembudayaan  dan peberdayaan peserta didik  yang berlanjut sepanjang hayat.
i.               Diversifikasi Kurikulum
Kurikulum dikembangkan dengan prinsip diversifikasi  sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah dam peserta  didik
b)         Prinsip Pelaksanaan KBK
Terdapat sejumlah prinsip dalam pelaksanaan KBK, yaitu:
a.             Kesamaan Memperoleh Kesempatan
Prinsip ini mengandung pengertian, bahwa melalui KBK penyediaan tempat yang memberdayakan semua peserta didik secara demokratis dan berkeadilan untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap sangat diutamakan. Seluruh peserta didik dari berbagai kelompok seperti kelompok yang kurang beruntung secara ekonomi dan sosial, yang memerlukan bantuan khusus, berbakat, dan unggul berhak menerima pendidikan yang tepat sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya.
b.             Berpusat pada Anak
Upaya memandirikan peserta didik untuk belajar, bekerja sama, dan menilai diri sendiri diutamakan agar peserta didik mampu membangun kemauan, pemahaman, dan pengetahuannya. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik perlu terus-menerus diupayakan. Penilaian berkelanjutan dan komprehensif menjadi sangat penting dalam rangka pencapaian usaha tersebut. Penyajiannya disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan peserta didik melalui pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
c.             Pendekatan Menyeluruh dan Kemitraan
Semua pengalaman belajar dirancang secara berkesinambungan mulai dari Taman Kanak-kanak dan Rauddhatul Athfal, kelas 1 sampai dengan kelas XII. Pendekatan yang digunakan dalam mengorganisasikan pengalaman belajar berfokus pada kebutuhan peserta didik yang bervariasi dan mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu. Keberhasilan pencapaian pengalaman belajar menuntut kemitraan dan tanggung jawab bersama dari peserta didik, guru, sekolah dan madrasah, orang tua, perguruan tinggi, dunia usaha dan industri, dan masyarakat.
d.            Kesatuan dalam Kebijakan dan Keberagaman dalam Pelaksanaan
Standar kompetensi disusun pusat dan cara pelaksanaannya disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing daerah atau sekolah dan madrasah. Standar kompetensi dapat dijadikan acuan penyusunan kurikulum berdiversifikasi berdasarkan pada satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik, serta taraf internasional.
2.3.       Pengembangan Silabus dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi
Salah satu inovasi dalam kurikulum berbasis kompetensi adalah adanya peluang bagi daerah dan sekolah untuk mengembangkan silabus sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing. Sekolah yang mempunyai kemampuan mandiri dapat menyusun silabus yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya setelah mendapat persetujuan dari Dinas Pendidikan setempat (provinsi, kabupaten/kota).
Penyusunan silabus dapat dilakukan dengan melibatkan para ahli atau instansi yang relevan di daerah setempat seperti tokoh masyarakat, instansi pemerintah, instansi swasta termasuk perusahaan dan industry, dan perguruan tinggi. Bantuan dan bimbingan teknis untuk penyusunan silabus sepanjang diperlukan dapat diberikan oleh Pusat Kurikulum.
1.             Prosedur Pengembangan Silabus KBK
Untuk memberi kebutuhan kepada daerah dan sekolah dalam mengembangkan silabus, maka dirasakan perlu menyajikan prosedur pengembangan silabus KBK, yang mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan revisi.
a.              Perencanaan.
Dalam perencanaan ini tim pengembang silabus mengumpulkan informasi dan referensi, serta mengidentifikasi sumber belajar termasuk narasumber yang diperlukan dalam pengembangan silabus.
b.             Pelaksanaan
Pelaksanaan penyusunan silabus dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1.             Merumuskan kompetensi dan tujuan pembelajaran, serta menentukan materi pembelajaran yang memuat kompetensi dasar, hasil belajar, dan indicator hasil belajar.
2.             Menentukan metode dan teknik pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran.
3.             Menentukan alat penilaian berbasis kelas sesuai dengan misi KBK.
c.              Revisi
Draft silabus yang telah dikembangkan perlu diuji kelayakannya melalui analisis kualitas silabus, penilaian ahli, dan uji lapangan. Berdasarkan hasil uji kelayakan kemudian dilakukan revisi. Revisi ini pada hakekatnya perlu dilakukan secara kontinu dan berkesinambungan, sejak awal penyusunan draft sampai silabus dilaksanakan dalam situasi belajar yang sebenarnya.
Pengembangan silabus KBK hendaknya dilakukan berdasarkan seleksi terhadap kompetensi yang akan dikembangkan, sehingga rumusan kompetensi yang diperoleh merupakan kompetensi yang benar-benar dibutuhkan oleh peserta didik sesuai dengan tuntutan dan beban tugas yang akan dilakukannya setelah mengikuti pembelajaran. Bila kurikulum berbasis kompetensi ini dimplementasikan pada sekolah menengah, maka perlu pemahaman yang mendalam tentang kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sekolah menengah. Kompetensi-kompetensi yang ingin dicapai oleh suatu sekolah perlu dideskripsikan secara jelas dan tertulis, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, maupun sikap untuk melaksanakan tugas-tugas sebagaimana yang tertuang dalam tujuan sekolah yang bersangkutan.
Mc. Ashan (1981 : 57) menjelaskan 6 cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan analisis kompetensi dalam hubungan dengan pengembangan KBK, yaitu :
1.             Analisis tugas; untuk mendeskripsikan indicator-indikator kompetensi.
2.             Pola analisis; untuk mengembangkan keterampilan baru yang belum ada dalam pekerjaan.
3.             Research; analisis kompetensi berdasarkan hasil-hasil penellitian dan diskusi.
4.             Expert judgement; analisis kompetensi berdasarkan pertimbangan ahli.
5.             Individual or group interview data; analisi kompetensi berdasarkan wawancara, baik secara individu maupun kelompok.
6.             Role play; analisis kompetensi berdasarkan pengamatan dan penilaian terhadap sejumlah orang yang melakukan peran tertentu.
Hasil analisis tersebut merupakan bahan untuk merumuskan tujuan pendidikan dalam setiap mata pelajaran. Setiap tugas harus drumuskan dengan jelas agar peserta didik mengetahui apa yang harus mereka pelajari. Berdasarkan kompetensi dan tujuan yang akan dicapai dikembangkan alat evakuasi untuk mengukur ketercapaian tujuan sesuai dengan kompetensi yang telah ditetapkan.
2.             Peran dan Tanggung Jawab Berbagai Pihak dalam Pengembangan Silabus
Pihak-pihak yang memiliki peran dan tanggung jawab secara langsung dalam pengembangan silabus dalam pengembangan kurikulum berbasis kompetensi adalah pusat pengembangan kurikulum departemen pendidikan nasional, dinas pendidikan provinsi, dinas pendidikan kabupaten/kota, serta sekolah yang akan mengimplementasikan KBK, sesuai dengan kapasitas dan proporsinya masing-masing.
Peran dan tanggung jawab tersebut antara lain :
a.              Pusat Kurikulum Depdiknas
1)             Memberikan pelayanan kepada tim perekayasa kurikulum tingkat provinsi, dan bila dimungkinkan memberikan pelayanan langsung ke tingkat kabupaten atau kota.
2)             Menyelanggarakan seminar, dan lokakarya untuk meningkatkan kualitas implementasi kurikulum.
3)             Menguji kelayakan silabus KBK melalui penilaian ahli, yang melibatkan berbagai ahli, baik ahli kurikulum, ahli bahasa maupun ahli bidang studi.
4)             Melakukan penilaian secara berkala dan berkesinambungan tentang efektifitas dan efesiensi kurikulum berbasis kompetensi secara nasional.
b.              Dinas Pendidikan Provinsi
1)             Memberikan kemudahan dalam pembentukan tim pengembangan silabus tingkat kabupaten atau kota, melalui pembinaan, penataran, dan pelatihan.
2)             Memberikan dukungan sumber-sumber daya pendidikan untuk kepentingan penyusunan silabus.
3)             Mengupayakan dana secara rutin untuk kepentingan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi, khususnya dalam pengembangan silabus; termasuk penilaian dan monitoring.
4)             Memantau penyusunan silabus dan implementasi KBK pada tingkat kabupaten dan kota.
5)             Menyelenggarakan pelatihan dan lokakarya untuk meningkatkan kualitas implementasi kurikulum pada tingkat kabupaten dan kota.
6)             Memberikan layanan operasional implementasi KBK, dan penyusunan silabus bagi seluruh kabupaten dan kota
c.              Dinas Pendidikan Kabupaten dan Kota
1)             Mengembangkan rambu-rambu pengembangan silabus yang sesuai dengan kebutuhan daerah yang bersangkutan, sebagai pedoman tim pengembang silabus, dan bagi sekolah yang mampu mengembangkannya sendiri.
2)             Memberikan kemudahan bagi sekolah yang mampu mengembangkan silabus KBK sendiri.
3)             Mengkaji kelayakan silabus yang dibuat oleh sekolah-sekolah yang memiliki kemampuan untuk mengembangkannya.
4)             Memberikan dukungan sumber-sumber daya pendidikan untuk kepentingan penyusunan silabus.
5)             Membentuk tim pengembang silabus pada tingkat kota dan kabupaten.
6)             Mendistribusikan silabus KBK untuk diimplementasikan oleh setiap sekolah.
7)             Melakukan supervise, penilaian, dan monitoring terhadap implementasi kurikulum berbasis kompetensi, khususnya yang berkaitan dengan kesesuaian silabus.
8)             Mengupayakan tersedianya sumber dana pada tingkat kabupaten dan kota yang dialokasikanuntuk pengembangan, pelaksanaan, evaluasi, dan perbaikan silabus.
d.             Sekolah
1)             Membentuk tim pengembang silabus KBK tingkat sekolah bagi yang mampu melakukannya.
2)             Mengembangkan silabus sendiri bagi yang mampu dan memenuhi kriteria untuk melakukannya.
3)             Mengidentifikasi kompetensi sesuai dengan perkembangan pesertadidik dan kebutuhan daerah yang perlu dikembangkan ke dalam silabus KBK.
4)             Memohon bantuan dinas kabuoaten dan kota dalam proses penyusunan silabus.
5)             Mengimplementasikan silabus sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan sekolah, baik buatan sendiri maupun yang disusun oleh sekolah lain.
6)             Menguji kelayakan silabus KBK yang diimplementasikan di sekolahnya, melalui analisis kualitas silabus, dalam kaitannya dengan peningkatan prestasi belajar peserta didik.
7)             Memberikan masukan kepada dinas pendidikan kabupaten dan kota, dinas pendidikan provinsi, dan pusat kurikulum departemen pendidikan nasional, berkaitan dengan efektifitas dan efesiensi silabus KBK, berdasarkan kondisi aktual di lapangan.




BAB III
MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
3.1.       Konsep Dasar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
A.           Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Istilah Kurikulum dari bahasa latin “Curiculum”, sedangkan menurut bahasa Prancis “Cuurier” artinya “to run” berlari.
Berikut ini pengertian kurikulum menurut beberapa pakar kurikulum.
1.             Alice Miel dalam bukunya Changing the Curriculum : a Social Proses (1946) menyatakan bahwa kurikulum adalah segala pengalaman dan pengaruh yang bercorak pendidikan yang diperoleh anak di sekolah. Kurikulum mencakup pengetahuan, kecakapan, kebiasaan-kebiasaan, sikap, apresiasi, cita-cita, norma-norma, pribadi guru, kepala sekolah, dan seluruh pegawai sekolah.
2.             J. Galen Saylor dan William M. Alexander dalam bukunya Curuiculum Planning for Better Teaching and Learning (1956) mengartikan kurikulum adalah segala usaha untuk memengaruhi anak belajar, apakah dalam ruangan kelas, di halaman sekolah atau di luar sekolah, termasuk kurikulum. Kurikulum juga meliputi kegiatan ekstrakurikuler.
3.             Harold B. Albertycs dalam bukunya Reorganizing the High School Curriculum (1965) mengartikan kurikulum sebagai semua kegiatan baik didalam kelas maupun diluar kelas yang berada dibawah tanggung jawab sekolah.
4.             William B. Ragan dalam bukunya Modern Elementary Curriculum (1966) menyatakan bahwa kurikulum meliputi seluruh program dan kehidupan dalam sekolah, yakni segala pengalaman anak dibawah tanggung jawab sekolah. Kurikulum tidak hanya meliputi pelajaran, tetapi juga meliputi seluruh kehidupan dalam kelas, termasuk di dalamnya hubungan sosial antara guru dan murid, metode mengajar, dan cara mengevaluasi.
5.             B. Othanel Smith, W.O. Stanley, dan J. Harlan Shores mengartikan kurikulum sebagai sejumlah pengalaman yang secara potensial dapat diberikan kepada anak dan pemuda, agar mereka dapat berpikir dan berbuat sesuai  dengan masyarakatnya.
6.             J.Lloyd Trump dan Delmas F.Miller dalam bukunya Secondary School Improvement (1973) mengartikan kurikulum meliputi metode mengajar dan belajar, cara mengevaluasi murid dan seluruh program, perubahan tenaga mengajar, bimbingan dan penyuluhan supervise dan administrasi dan hal-hal struktural mengenai waktu, jumlah ruangan, serta kemungkinan memilih mata pelajaran.
Sementara itu, menurut PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan , isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
B.            Sejarah Perkembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan revisi dan pengembangan diri Kurikulum Berbasis Kompetensi atau ada yang menyebut Kurikulum 2004. KTSP lahir karena dianggap KBK masih sarat dengan beban belajar dan pemerintah pusat dalam hal ini Depdiknas masih dipandang terlalu intervensi dalam pengembangan kurikulum. Oleh karena itu, dalam KTSP beban belajar siswa sedikit berkurang dan tingkat satuan pendidikan  (sekolah, guru, dan komite sekolah) diberikan kewenangan untuk mengembangkan kurikulum, seperti membuat indikator, silabus, dan beberapa komponen kurikulum lainnya.
C.           Karakteristik dan Tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Beberapa karakteristik KTSP yaitu :
1.             Pemberian Otonomi Luas Kepada Sekolah Dan Satuan Pendidikan
KTSP memberikan otonomi yang luas kepada sekolah dan satuan pendidikan disertai seperangkat tanggung jawab untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan kondisi setempat dan juga kewenangan dan kekuasaan yang luas untuk mengembangkan pembelajaran serta menggali dan mengelola sumber dana sesuai dengan prioritas kebutuhan.
2.             Partisipasi Masyarakat Dan Orang Tua Yang Tinggi
Orang tua peserta didik dan masyarakat tidak hanya medukung sekolah melalu bantuan keuangan, tetapi melalui komite sekolah dan dewan pendidikan merumuskan serta mengembangkan program-program yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
3.             Kepemimpinan Yang Demokratis Dan Profesional
Kepala sekolah dan guru-guru sebagai tenaga pelaksana kurikulum merupakan orang-orang yang memiliki kemampuan dan integritas profesional. Dalam pengambilan keputusan, kepala seklah mengimplementasikan proses “bottom up” secara demokratis, sehingga semua pihak memiliki tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil beserta pelaksanaannya.
4.             Tim Kerja Yang Kompak Dan Transparan
Dalam KTSP, keberhasilan pengembangan kurikulum dan pembelajaran didukung oleh kinerja team yang kompak dan transparan dari berbagai pihak yang terlibat dalam pendidikan.
Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga penddikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipasif dalam pengembangan kurikulum.
Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP untuk:
1.             Meningkatkan mutu pendidkan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulu, mengelola, memberdayakan sumber daya yang tersedia.
2.             Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.
3.             Meningkatkan kompetensi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai.
3.2.       Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
A.           Pengembanan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Pengembangan kurikulum mencakup beberapa tingkat, yaitu :
1.             Pengembangan Kurikulum Tingkat Nasional
Kurikulum tingkat nasional dikembangkan dengan memperhatikan konteks pendidikan yakni Kebangkitan Islam, Otnomi Daerah, Millenium Goals 2015 (Globalisasi), Demokratisasi, Pembangunan Berkelanjutan, Perkembangan IPTEKS, dan Ekonomi Berbasis spiritual, Moral, dan Intelektual. Pada tingkat ini, kurikulum dibahas dalam lingkup nasional, meliputi jalur pendidikan sekolah dan luar sekolah baik secara vertikal (meliputi jenjang pendidikan) maupun horisontal (berkaitan keselarasan antarberbagai jenis pendidikan dalam berbagai jenjang) dalam rangka merealisasikan tujuan pendidikan nasional sesuai landasan spiritual, filosofis, sosiologis, dan psikologis dengan memperhatikan standar nasional pendidikan.
2.             Pengembangan KTSP
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini, antara lain :
a.              Menganalisis dan mengembangkan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi.
b.             Merumuskan tujuan, visi dan misi pendidikan.
c.              Mengembangkan bidang studi untuk merealisasikan tujuan tersebut.
d.             Mengembangkan dan mengidentifikasi tenaga-tenaga kependidikan sesuai dengan kualifikasi yang diperlukan.
e.              Mengidentifikasi fasilitas pembelajaran yang diperlukan untuk memberi kemudahan daam belajar.
3.             Pengembangan Silabus
Pada tingkat ini dilakukan pengembangan silabus untuk setiap bidang studi. Penyusunan silabus mengacu pada KTSP dan perangkat komponennya yang dikembangkan berdasarkan standar kompetensi dan standar isi yang dikembangkan oleh BSNP. Kegiatan yang dilakukan antara lain:
a.              Mengidentifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar serta tujuan setiap bidang studi.
b.             Mengembangkan kompetensi dasar dan materistandar yang diperlukan dalam pembelajaran.
c.              Mendeskripsikan kompetensi dasar serta mengelompokan sesuai dengan ruang lingkup dan urutannya.
d.             Mengembangkan indikator untuk setiap kompetensi dan kriteria pencapaiannya.
e.              Mengembangkan instrumen penilaian.
4.             Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Kegiatan pengembangan kurikulum pada tingkat ini adalah menyusun dan mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran atau persiapan mengajar.
5.             Kurikulum Aktual (Pelaksanaan Pembelajaran)
Kurikulum aktual adalah interaksi antara peserta didik dengan guru dan lingkungan pembelajaran. Aktualisasi sangat ditentukan oleh profesionalisme guru dalam melaksanakan pembelajaran.

B.            Prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam menyusun kurikulum yang dibuat oleh BSNP sebagai berikut :
1.             Berpusat pada potensi, perkembangan, serta kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungannya
2.             Beragam dan terpadu
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman peserta didik yang meliputi substansi komponen muatan wajib, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu.
3.             Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Karena kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni berkembang secara dinamis.
4.             Relevan dengan kehidupan
Pengembangan kurikulum harus mempertimbngkan dan memperhatikan pengembangan integritas pribadi, kecerdasan spiritual, keterampilan berpikir, kreatifitas sosial, kemampuan akademik, dan keterampilan vokasional.
5.             Menyeluruh dan berkesinambungan
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi dan disajikan secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.
6.             Belajar sepanjang hayat
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembanga, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
7.             Seimbang antara kepentingan global, nasional dan lokal untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

C.           Strategi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Beberapa strategi yang perlu diperhatikan dalam pengembangan dan pelaksanaan KTSP yaitu :
1.             Sosialisasi KTSP di Sekolah
Sosialisasi perlu dilakukan secara matang kepada berbagai pihak agar dapat dipahami dan diterapkan secara optimal karena sosialisai merupakan langkah penting yang akan menunjang dan menentukan keberhasilan KTSP.
2.             Menciptakan Suasana yang Kondusif
Iklim belajar yang kondusif merupakan tulang punggung dan faktor pendorong yang dapat memberikan daya tarik tersendiri bagi proses belajar, sebaliknya iklim belajar yang kurang menyenangkan akan menimbulkan kejenuhan dan rasa bosan. Pengembangan KTSP memerlukan ruangan yang fleksibel serta mudah disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. Iklim belajar yang kondusif antara lain dapat dikembangkan melalui berbagai layanan dan kegiatan sebagai berikut:
a.              Menyediakan pilihan bagi peserta didik yang lambat maupun cepat dalam melakukan tugas pembelajaran.
b.             Memberikan pembelajaran remedial bagi peserta didik yang kurang berprestasi.
c.              Mengembangkan organisasi kelas yang efektif, menarik, nyaman dan aman.
d.             Menciptakan kerjasama saling menghargai, baik antarpeserta didik maupun antara peserta didik dengan guru.
e.              Melibatkan peserta didik dalam proses perencanaan belajar dan pembelajaran.
f.              Mengembangkan proses pembelajaran sebagai tanggung jawab bersama sehingga guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator.
g.             Mengembangkan sistem evaluasi belajar dan pembelajaran.
3.             Menyiapkan Sumber Belajar
Sumber belajar yang perlu dikembangkan dalam KTSP di sekolah antara lain laboratorium, pusat sumber belajar, dan perpustakaan, serta tenaga pengelola yang profesional. Dalam pengembangan sumber belajar, guru di samping harus mampu membuat sendiri alat pembelajaran dan alat peraga, juga harus berinisiatif mendayagunakan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar yang lebih konkrit.
4.             Membina Disiplin
Ini bertujuan untuk membantu peserta didik menemukan diri, mengatasi dan mencegah timbulnya problem-problem disiplin serta berusaha menciptakan situasi menyenangkan bagi kegiatan pembelajaran sehingga mereka mentaati  segala peraturan yang ditetapkan. Beberapa strategi yang dapat digunakan dalam membina disiplin disekolan, yaitu:
a.              Konsep diri; untuk menumbuhakn konsep diri, guru disarankan bersikap empatik, menerima, hangat, dan terbuka sehingga peserta didik dapat mengekplorasikan pikiran dan perasaan dalam memecahkan masalah.
b.             Keterampilan berkomunikasi; guru harus memiliki keterampilan berkomunikasi yang efektif agar mampu menerima semua perasaan dan mendorong timbulnya kepatuhan peserta didik.
c.              Konsekuensi-konsekuensi logis dan alami; perlaku yang salah terjadi karena peserta didik telah mengembangkan kepercayaan yang salah terhadap dirinya sehingga guru disarankan untuk menunjukan tujuan perilaku salah dan memanfaatkan akibat logis dan alami dari perilaku yang salah.
d.             Klarifikasi nilai; untuk membantu peserta ddik dalam menjawab pertanyaannya sendiri tentang nilai-nilai dan membentuk sistem nilainya sendiri.
e.              Analisis transaksional; disarankan agar guru belajar sebagai orang dewasa ketika berhadapan dengan peserta didik yang menghadapi masalah.
f.              Terapi realitas; sekolah harus berupaya mengurangi kegagalan dan meningkatkan keterlibatan.
g.             Disiplin yang terintegrasi; metode ini menekannkan pengendalian penuh oleh guru untuk mengembangkan dan mempertahankan peraturan.
5.             Mengembangkan Kemandirian Kepala Sekolah
Dalam pengembangan KTSP diperlukan kepala sekolah yang mandiri dan profesional dengan kemampuan manajemen serta kepemimpinan yang tangguh agar mampu mengambil keputusan dan prakasa dan dapat mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah melalui program-progran yng dilaksanakan secara terencana dan bertahap untuk meningkatkan mutu sekolah.
6.             Membangun Karakter Guru
Guru merupakan faktor terpenting  yang besar pengaruhnya terhadap prosesdsn hasil belajar, bahkan sangat menentukan berhasil-tidaknya peserta didik dalam belajar. Pengembangan KTSP menuntut aktivitas dan kreativitas guru dalam membentuk kompetensi pribadi peserta didik. Agar guru mampu memerankan dirinya sebagai fasilitator pembelajaran, terdapat beberapa hal yang harus dipahami dari peserta didik, yaitu kemampuan, potensi, minat, hoby, sikap, kepribadian, kebiasaan, catatan ksehatan, latar belakang keluarga, dan kegiatannya di sekolah. Agar KTSP dapat dikembangkan secara efektif serta meningkatkan kualitas pembelajaran, guru perlu memiliki hal-hal berikut:
a.              Menguasai dan memahami kompetensi dasar dan hubungannya dengan kompetensi lain dengan baik
b.             Menyukai apa yang diajarkannya dan menyukai mengajar sebagai suatu profesi
c.              Memahami peserta didik, pengalaman, kemampuan, dan prestasinya
d.             Mnggunakan metoda yang bervariasi dalam mengajar dan membentuk kompetensi peserta didik
e.              Mengeliminsi bahan-bahan yang kurang penting dalam kaitannya dengan pembentukan kompetensi
f.              Mengikuti perkembangan pengetahuan mutakhir
g.             Menyiapkan proses pembelajaran
h.             Mendorong peserta didik untuk memperoleh hasil yang lebih baik
i.               Menghubungkan pengalaman yang lalu dengan kompetensi yang akan dikembangkan.
7.             Memberdayakan Staf
Manajemen staf di sekolah haru sditujukan untuk memberdayakan staf secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang optimal namun tetap menyenangkan. Pemberdayaan staf dalam kaitannya dengan pengembangan KTSP dapat dilakukan sebagai berikut:
a.              Meningkatkan kesejahteraan staf
b.             Memperhatikan pendidikan prajabatan
c.              Memperhatikan rekrutmen dan penempatan staf
d.             Peningkatan kualitas staf
e.              Pengembangan karier tenaga kependidikan
Dalam rangka menyuksekan implementasi KTSP secara utuh dan menyeluruh, hendaknya setiapsekolah mampu mengembangkan berbagai potensi peserta didik secara optimal terutama dalam pengembangan akhlak dan moral. Hal ini penting karena... There is no excellent performance without high morale. No Morale, no excellence. Excellence can be experienced at every level and in every serious kind of education (Gardner).

3.3.       Pengembangan Silabus dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
A.           Pengertian Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Suatu silabus minimal memuat lima komponen utama, yaitu:
1.             Standar kompetensi
2.             Kompetensi dasar
3.             Indikator
4.             Materi standar
5.             Standar proses (kegiatan belajar-mengajar)
6.             Standar penilaian
B.            Prinsip Pengembangan Silabus
Pengembangan silabus dalam KTSP diserahkan sepenuhnya kepada setiap satuan pendidikan dengan memperhatikan prinsip-prinsip pengembangan silabus, antara lain :
1.             Ilmiah; keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar, logis dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
2.             Relevan; ruang lingkup, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus disesuaikan dengan karakteristik peserta didik, yakni : tingkat perkembangan intelektual, sosial, emosional dan spiritual peserta didik.
3.             Fleksibel; pelaksana program, peseeta didik, dan lulusan memiliki ruang gerak dan kebebasan dalam bertindak.
4.             Kontinuitas; setiap program pembelajaran yang dikemas dalam silabus memiliki keterkaitan satu sama lain dalam membentuk kompetensi dan pribadi peserta didik.
5.             Konsisten; antara standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memiliki hubungan yang konsisten.
6.             Memadai; ruang lingkup indikator, materi standar, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian dapat mencapai kompetens dasar yang telah ditetapkan.
7.             Aktual dan Kontekstual; ruang lingkup kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni mutakhir yang sedang terjadi.
8.             Efektif; memperhatikan keterlaksanaan silabus tersebut dalam proses pembelajaran, dan tingkat pembentukkan kompetensi sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditetapkan.
9.             Efisien; berkaitan dengan upaya untuk memperkecil atau menghemat dana, daya, dan waktu tana mengurangi hasil atau kompetensi standar yang ditetapkan.
C.           Tugas dan Tanggung Jawab Pengembangan Silabus
Penyusunan silabus dapat dilakukan dengan melibatkan para ahli atau institusi yang relevan di daerah setempat. Pengembangan silabus melibatkan berbagai pihak yang memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing.
1.             Departemen Pendidikan nasional (Depdiknas)
a.             Menyiapkan peraturan
b.             Menetapkan standar nasional
c.             Mengembangkan model/contoh silabus
d.            Menyediakan anggaran
2.             Dinas Pendidikan Provinsi
a.             Menyesuaikan buku teks pembelajaran
b.             Membuat contoh silabus yang efektif dan efisien
c.             Memberi kemudahan dan dukungan dalam pembentukan tim pengembangan silabus
d.            Menyiapkan dana untuk pengembangan kurikulum
e.             Menyesuaikan aturan-aturan
3.             Dinas Pendidikan Kota
a.             Membentuk tim pengembang silabus
b.             Mengembang rambu-rambu pengembngan silabus
c.             Mengalokasikan anggaran
d.            Memfasilitasi sekolah
4.             Sekolah
a.             Membentuk TIM kelompok kerja guru atau musyawarah guru mata pelajaran
b.             Mengembangkan program (KTSP, Silabus dan RPP)
c.             Membentuk komite sekolah
d.            Menetapkan tim rekayasa kurikulum
e.             Memberikan layanan administrasi
5.             Guru
a.             Menganalisis rancangan kompetensi dan indikator kompetensi serta materi standar
b.             Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran
D.           Prosedur Pengembangan Silabus
Pengembangan silabus KTSP mencakup langkah-langkah sebaga berikut :
1.             Mengisi kolom identitas
2.             Mengkaji dan menganalisis standar kompetensi
3.             Mengkaji dan menentukan kompetensi dasar
4.             Mengidentifikasikan materi standar
5.             Mengembangkan pengalaman belajar (standar proses)
6.             Merumuskan indikator keberhasilan
7.             Menentukan penilaian (standar penilaian)
8.             Alokasi waktu
9.             Menentukan sumber belajar
E.            Proses Pengembangan Silabus
Proses pengembangan silabus yaitu :
1.             Perencanaan
Tim pengembang harus mengumpulkan informasi dan referensi serta mengidentifikasi sumber belajar dengan memanfaatkan perangkat teknologi dan informasi.
2.             Pelaksanaan
Pelaksanaan penyusunan silabus dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a.              Merumuskan kompetensi dan tujuan pembelajaran serta menentukan materi standar yang memuat kompetensi dasar, materi standar, hasil belajar, dan indikator hasil belajar.
b.             Menentukan strategi, metode dan teknik pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran
c.              Menentukan alat evaluasi berbasis kelas dan alat ujian berbasis sekolah
d.             Menganalisis kesesuaian silabus dengan pengorganisasikan pengalaman belajar dan waktu yang tersedia sesuai dengan kurikulum
3.             Penilaian
Penilaian silabus harus dilakukan secara berkala dan berkesinambungan dengan menggunakan model-model penilaian.
4.             Revisi
Draft silabus yang telah dikembangkan perlu diuji kelayakannya melalui analisis kualitas silabus, penilaian ahli dan uji lapangan kemudian dari hasil uji kelayakan dilakukan revisi.














BAB IV
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
4.1         Petunjuk Pengisian Format RPP
A.           Identitas
Tuliskan identitas RPP terdiri dari: Nama sekolah, Mata Pelajaran, Kelas-/Semester, Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator dan Alokasi Waktu.
Catatan:
1.             RPP disusun untuk satu Kompetensi Dasar.
2.             Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator dikutip dari silabus yang disusun dan telah diberlakukan dalam suatu satuan pendidikan (SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA/SMK).
Menjadi perhatian: Standar kompetensi – kompetensi dasar – indikator adalah suatu alur pikir yang saling terkait tidak dapat dipisahkan.
Indikator adalah perilaku (bukti terukur) yang dapat memberikan gambaran bahwa siswa telah mencapai kompetensi dasar.
Kompetensi Dasar adalah sejumlah kompetensi yang memberikan gambaran bahwa siswa telah mencapai standar kompetensi.
3.             Indikator merupakan:
Penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, satuan pendidikan, dan potensi daerah.
Rumusannya menggunakan kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi.
Digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.
Disusun dengan kalimat operasional (dapat diukur) berisi komponen ABCD (Audience = Siswa, Behavior = Perilaku, Competency = Kompetensi dan Degree = peringkat/ukuran).
4.             Alokasi waktu diperhitungkan untuk pencapaian satu kompetensi dasar, dinyatakan dalam jam pelajaran dan banyaknya pertemuan (contoh: 2 x 40 menit). Karena itu, waktu untuk mencapai suatu kompetensi dasar dapat diperhitungkan dalam satu atau beberapa kali pertemuan bergantung pada karakteristik kompetensi dasarnya.
B.            Tujuan Pembelajaran
Tuliskan output (hasil langsung) dari satu paket pengalaman belajar yang dikemas oleh guru, karena itu penetapan tujuan pembelajaran dapat mengacu pada pengalaman belajar siswa.
Misalnya:
Pengalaman belajar: Mengumpulkan informasi tentang penyakit tekanan darah tinggi dan stroke dari berbagai sumber (SMP/MTs).
Tujuan Pembelajaran: Siswa dapat melaporkan hasil pengumpulan informasi tentang penyakit tekanan darah tinggi dan stroke.
Contoh lain:
Pengalaman belajar: Mendapat informasi tentang sistem peredaran darah pada manusia dan mengkomunikasikan kepada sesama siswa di kelas.
Tujuan pembelajaran, boleh salah satu di antara atau keseluruhan tujuan pembelajaran berikut:
1.             Siswa dapat menjawab pertanyaan guru berikut:
a.             Organ apa saja yang termasuk ke dalam alat-alat peredaran darah.
b.             Sebutkan bagian-bagian jantung.
c.             Deskripsikan mekanisme peredaran darah pada manusia.
2.             Siswa dapat merespon dengan baik pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh teman-teman sekelasnya.
3.             Siswa dapat mengulang kembali informasi tentang peredaran darah yang telah disampaikan oleh guru.
Bila pembelajaran dilakukan lebih dari 1 (satu) pertemuan, ada baiknya tujuan pembelajaran juga dibedakan menurut waktu pertemuan, sehingga target-target produk tiap pembelajaran jelas kelihatan.
C.            Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran adalah materi yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran dan indikator. Materi dikutip dari materi pokok yang ada dalam silabus. Materi pokok tersebut kemudian dikembangkan menjadi beberapa uraian materi. Untuk memudahkan penetapan uraian materi dapat diacu dari indikator.
Contoh:
Indikator: siswa dapat menyebutkan ciri-ciri kehidupan (SMA/MA)
Materi pembelajaran:
Ciri-Ciri Kehidupan:
Nutrisi, bergerak, bereproduksi, transportasi, regulasi, iritabilitas, bernapas, dan ekskresi.
Contoh lain:
Indikator: Menyebutkan jenis-jenis makanan hewan (IPA Kelas IV SD)
Tujuan Pembelajaran: Menyebutkan jenis-jenis makanan hewan meliputi hewan darat dan hewan air.
Materi pembelajaran:
Jenis-jenis makanan hewan:
Jenis-jenis makanan hewan hidup di darat
Jenis-jenis makanan hewan yang hidup di air
D.           Metode Pembelajaran
Metode dapat diartikan benar-benar sebagai metode, tetapi dapat pula diartikan sebagai model atau pendekatan pembelajaran, bergantung pada karakteristik pendekatan dan/atau strategi yang dipilih.
Karena itu pada bagian ini cantumkan pendekatan pembelajaran dan metode-metode yang diintegrasikan dalam satu pengalaman belajar siswa:
1.             Pendekatan pembelajaran yang digunakan, misalnya: pendekatan proses, kontekstual, pembelajaran langsung, pemecahan masalah, dan sebagainya.
2.             Metode-metode yang digunakan, misalnya: ceramah, inquiri, observasi, tanya jawab, dan seterusnya.
E.            Langkah-langkah Pembelajaran
1.             Untuk mencapai suatu kompetensi dasar harus dicantumkan langkah-langkah kegiatan setiap pertemuan. Pada dasarnya, langkah-langkah kegiatan memuat unsur kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
Langkah-langkah standar yang harus dipenuhi pada setiap unsur kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut:
a.             Kegiatan pendahuluan
Orientasi: memusat perhatian siswa terhadap materi yang akan dibelajarkan. Dapat dilakukan dengan menunjukkan benda yang menarik, memberikan illustrasi, membaca berita di surat kabar dan sebagainya.
Contoh:
”Anak-anak sekalian, perhatikan apa yang saya pegang. Karim, silahkan kamu menyebutkan apa yang saya pegang”.
Penyebutan nama siswa dalam RPP akan sangat membantu guru dalam melakukan pengendalian siswa yang dilibatkan dalam pembelajaran.
Apersepsi: memberikan persepsi awal kepada siswa tentang materi yang akan diajarkan.
Contoh:
Siswa mengamati gambar (gunting koran) tentang bangunan/benda-benda yang rusak akibat gempa bumi (gambar tidak harus seragam).
Tahap ini juga dapat digunakan untuk mengetahui pengetahuan prasyarat yang harus dimiliki siswa, dapat digali dengan melakukan pretest.
Motivasi: Guru memberikan gambaran manfaat mempelajari gempa bumi, bidang-bidang pekerjaan berkaitan dengan gempa bumi, dsb.
Pemberian Acuan: biasanya berkaitan dengan kajian ilmu yang akan dipelajari. Acuan dapat berupa penjelasan materi pokok dan uraian materi pelajaran secara garis besar.
Pembagian kelompok belajar dan penjelasan mekanisme pelak-sana¬an pengalaman belajar (sesuai dengan rencana langkah-langkah pembelajaran).
b.             Kegiatan inti
Berisi langkah-langkah sistematis yang dilalui siswa untuk dapat menkonstruksi ilmu sesuai dengan skemata (frame work) masing-masing. Langkah-langkah tersebut disusun sedemikian rupa agar siswa dapat menunjukkan perubahan perilaku sebagaimana dituangkan pada tujuan pembelajaran dan indikator.
Untuk memudahkan, sebaiknya kegiatan inti dilengkapi dengan Lembaran Kerja Siswa (LKS).
Catatan: LKS yang ada pada buku LKS yang diperdagangkan belum tentu sesuai dengan rencana yang disusun oleh guru.
c.             Kegiatan penutup
Guru mengarahkan siswa untuk membuat rangkuman/simpulan.
Guru memeriksa hasil belajar siswa. Dapat dengan memberikan tes tertulis atau tes lisan atau meminta siswa untuk mengulang kembali simpulan yang telah disusun atau dalam bentuk tanya jawab dengan mengambil ± 25% siswa sebagai sampelnya.
Memberikan arahan tindak lanjut pembelajaran, dapat berupa kegiatan di luar kelas, di rumah atau tugas sebagai bagian remidi-/pengayaan.
2.             Langkah-langkah pembelajaran dimungkinkan disusun dalam bentuk seluruh rangkaian kegiatan, sesuai dengan karakteristik model pembelajaran yang dipilih, menggunakan urutan sintaks sesuai dengan modelnya. Oleh karena itu, kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup tidak harus ada dalam setiap pertemuan.
Contoh:
Pada suatu pembelajaran digunakan model ”Pembelajaran Langsung”. Langkah-langkah pembelajaran disusun sesuai dengan sintaks pembel-ajaran langsung sebagai berikut:
FASE-FASE PERILAKU GURU
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa Menjelaskan tujuan pembelajaran/indikator, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar
Fase 2
Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan Mendemonstrasikan keterampilan yang benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap.
Fase 3
Membimbing pelatihan Merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal.
Fase 4
Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan.
Fase 5
Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan Mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dalam kehidupan sehari – hari
F.             Sumber Belajar
Pemilihan sumber belajar mengacu pada perumusan yang ada dalam silabus yang dikembangkan oleh satuan pendidikan. Sumber belajar mencakup sumber rujukan, lingkungan, media, narasumber (tenaga ahli, seperti bidang, lurah, polisi, dsb), alat, dan bahan. Sumber belajar dituliskan secara lebih operasional. Misalnya, sumber belajar dalam silabus dituliskan buku referens, dalam RPP harus dicantumkan judul buku teks tersebut, pengarang, dan halaman yang diacu.
G.           Penilaian
Penilaian dijabarkan atas teknik penilaian, bentuk instrumen, dan instrumen yang dipakai untuk mengumpulkan data. Dalam sajiannya dapat dituangkan dalam bentuk matrik horisontal atau vertikal. Apabila penilaian menggunakan teknik tes tertulis uraian, tes unjuk kerja, dan tugas rumah yang berupa proyek harus disertai rubrik penilaian.
Contoh:
Soal : Tuliskan 3 akibat tidak memiliki rasa tanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari
Pedoman Penskoran:
No. Kunci/Kriteria Jawaban Skor
1.             Sering mendapat masalah 1
2.             Pekerjaan terbengkalai 1
3.             Diremehkan orang lain 1
Skor maksimum 3
Contoh lain:
1.             Di manakah letak kelenjar pankreas?
2.             Tuliskan dan jelaskan enzim yangdihasilkan pankreas!
3.             Di manakah enzim-enzim itu aktif?
Pedoman Penskoran:
No. Kunci/Kriteria Jawaban Skor
1.             Pankreas terletak di rongga perut 1
2.             Enzim yang dihasilkan pankreas:
Tripsin untuk mengubah protein menjadi peptida dan asam-asam amino 2
Amilase untuk mencerna tepung menjadi maltosa dan disakarida lain 2
Lipase untuk mencerna lemak menjadi asam lemak dan gliserol 2
Bikarbonat untuk menetralisir HCl yang masuk ke usus dari lambung 2
3.             Enzim-enzim itu aktif di usus halus 1
Skor maksimum 10
Perlu disadari oleh guru, bahwa:
1.             RPP yang benar akan berdampak pada penulisan materi ajar dan LKS sendiri oleh guru. Sebab materi ajar pada Buku Pegangan Belajar Siswa dan LKS (yang dijual bebas) belum tentu sesuai dengan rencana pembelajaran yang disusun oleh guru.
2.             Karena RPP disusun sendiri oleh guru, maka akan timbul dorongan pada diri guru untuk menyiapkan fasilitas pembelajaran untuk memudahkan siswa untuk belajar.
3.             Ide-ide kreatif yang bertujuan membelajarkan siswa akan berdampak pada peningkatan efektifitas pembelajaran.
4.             Ide-ide kreatif tersebut hanya dapat dihasilkan oleh seorang guru yang ikhlas berusaha mencerdaskan siswanya.
4.2         Contoh RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
A.           Identitas
Nama Sekolah : ...................................
Mata Pelajaran : ...................................
Kelas/Semester : ...................................
Standar Kompetensi : ...................................
Kompetensi Dasar : ...................................
Indikator : ...................................
Alokasi Waktu : ..... x 40 menit (… pertemuan)
B.            Tujuan Pembelajaran
C.            Materi Pembelajaran
D.           Metode Pembelajaran
E.            Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan 1
Kegiatan Awal
Kegiatan Inti
Kegiatan Penutup
Pertemuan 2
Kegiatan Awal
Kegiatan Inti
Kegiatan Penutup
Pertemuan 3
dst
F.             Sumber Belajar
G.           Penilaian

Mengetahui:
Kepala Sekolah...................,                       Guru Mata Pelajaran,


..............................................              ..................................................
NIP.                                                                NIP.

Berikut ini contoh RPP yang masih bersifat umum, masih membutuhkan rincian kegiatan pembelajaran yang spesifik sesuai dengan kebutuhan belajar siswa di masing-masing sekolah/daerah.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama Sekolah : SMP
Mata Pelajaran : Bahasa Inggris
Kelas/Semester : I/1
Alokasi waktu : 10 jam
Tujuan : Siswa dapat berinteraksi secara lisan dalam bahasa Inggris terutama dalam hal perkenalan diri dan orang lain, sapaan, ucapan terima kasih dan permintaan maaf

SK dan KD
Listening-Speaking
Siswa dapat berinteraksi secara interpersonal sangat sederhana dengan lingkungan terdekat, terutama dalam
- Perkenalan diri/orang lain
- sapaan
- ucapan terima kasih
- permintaan maaf

Indikator
- Siswa terbiasa menyapa orang lain dengan ungkapan yang benar dalam bahasa Inggris sesuai dengan waktu dan orang yang diajak bicara.
- Siswa dapat menyebutkan anggota keluarga inti dan terdekat, dengan ungkapan seperti ‘This is my father. This one is my mother.
- Siswa dapat menyebutkan nama benda-benda yang ada di rumahnya dengan ungkapan seperti: ‘I have a big bed, my living room is small but nice.’, dengan ucapan dan tata bahasa yang benar.

Materi Ajar
Tema: My Family
Sub-Tema:
- Family Life
- Identity
- Home Environment


Metode Pembelajaran

Family Life:
Tatap Muka Terstruktur Mandiri
Mengamati model interaksi interpersonal yang diperagakan oleh guru atau teman
PR: menghafal secara lisan model percakapan pendek tertulis yang diberikan guru
Siswa membiasakan diri untuk menyapa, meminta maaf, berterimakasih kepada guru dan teman dalam bahasa Inggris setiap kali ada kesempatan yang tepat, terutama dalam mata pelajaran Bahasa Inggris


Identity
Tatap Muka Terstruktur Mandiri
Mengamati model cara menyebutkan hubungan keluarga dalam keluarga inti dan keluarga terdekat PR: menyebutkan orang-orang dan hubungan keluarga dalam keluarga inti dan keluarga terdekat: diri sendiri, teman, saudara, dsb. Berlatih secara terus menerus menyebutkan hubungan keluarga antar orang-orang yang ada di sekitarnya atau siapa saja yang diketahui.


Home Environment
Tatap Muka Terstruktur Mandiri
Mengamati model cara mengucapkan nama-nama benda PR: menghafal nama benda-benda yang sudah dipelajari sebelumnya dengan ucapan yang benar Dengan bekerja sama dengan teman-temannya dan bantuan guru, orang tua atau orang lain di sekitarnya (jika ada), berusaha mendapatkan nama-nama dalam bahasa Inggris berbagai benda lain yang terdapat di rumahnya dan lingkungan sekitarnya.


Alat dan Sumber Belajar

Family Life
- Ucapan-ucapan guru ketika mengajar dengan bahasa Inggris
- Contoh-contoh teks fungsional pendek tertulis dari buku teks atau sumber-sumber lain

Identity
- Gambar
- Orang-orang dalam keluarga inti dan keluarga dekat siswa

Home Environment
- Ucapan-ucapan guru ketika mengajar dengan bahasa Inggris
- Contoh-contoh teks fungsional pendek tertulis dari buku teks atau sumber-sumber lain

Penilaian
Aspek yang dinilai
Mendengarkan/Berbicara:
- Tercapai tujuan (terhibur atau mendapatkan nilai moral yang disampaikan)
- Penggunaan ungkapan
- Pengucapan, intonasi, tata bahasa, kosa kata
- sikap
Membaca Pemahaman:
- Mengidentifikasi hubungan keluarga orang-orang yang ada dalam teks
Membaca nyaring:
- Pengucapan, intonasi, tata bahasa, kosa kata
- Sikap
Menulis:
- Ketepatan penggunaan sebutan untuk hubungan keluarga sesuai dengan bagan silsilah yang diberikan.
- Ejaan, tanda baca, tulisan tangan

Cara penilaian:
- Tes lisan/tertulis
- Observasi kelas
- Penilaian guru
- Penilaian teman
- Penilaian diri
- Portofolio.


Contoh Rubrik Penilaian


Format Penilaian ‘Retelling Story’
(Menggunakan Skala Penilaian)

Nama Siswa: ________ Kelas: _____
No. Aspek Yang Dinilai Nilai
1 2 3 4
1. Content
2. Fluency
3. Language
a. Pronunciation and intonation
b. Grammar
c. Vocabulary
4. Performance ( eye contact, facial expression, gesture)
Jumlah
Skor Maksimum 20
Keterangan penilaian:
1 = tidak kompeten
2 = cukup kompeten
3 = kompeten
4 = sangat kompeten

Jika seorang siswa memperoleh skor 20 dapat ditetapkan ”sangat kompeten”. Dan seterusnya sesuai dengan jumlah skor perolehan.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah                                   : SMK Muhammadiyah 5 Kepanjen
Mata Pelajaran                        : KKPI / TIK
Kelas/Semester                        : II / 1  (satu)
Alokasi Waktu                        : 6 x 45’          
Standart Kompetensi              : Mengoperasikan Sistem Operasi Software
 

A.     Kompetensi Dasar
      2.2.  Mengoperasikan Software Pengolah Kata
B.     Indikator
1.       Mendeskripsikan fungsi Software Pengolah Kata dengan benar
2.       Mendeskripsikan Software Pengolah Kata melalui perintah, Start, menu atau Icon
3.       Mendeskripsikan berbagai Software Pengolah Kata sesuai dengan SOP
4.       Mendeskripsikan Perintah pengelolaan file dokumen, New, Open, Save, Save As, Close dan Exit program 
5.       Mendeskripsikan File dokumen disimpan menggunakan berbagai format, al : sxw (text document), doc, rtf (rich tex format), txt (plain text), odt (open document), html (web page)   
6.       Mendeskripsikan File dokumen dijalankan dengan perintah editing sederhana, al : mengetik dan menyelipkan huruf/kata/kalimat, memformat font, text aligment, numbering, bulletm page break, kolom, paragraph, border dan shading, format painter, edit, paste, cut mail merge 
7.       Mendeskripsikan file dokumen diatur dengan perintah, pengaturan, al : ukuran kertas, portrait dan landscape, margin.
8.       Mendeskripsikan Header and Footer, pemberian halaman, penomoran isian berulang diaplikasikan pada file dokumen
9.       Mendeskripsikan Perintah pencetakan seperti, print setup, print preview, diaplikasikan sesuai dengan parameter kertas dan printer
10.   Mendeskripsikan File dokumen dicetak sesuai parameter standar seperti mencetak semua halaman, halaman tertentu, halam yang sedang aktif/edit.
C.     Tujuan Pembelajaran
Memberikan pengetahuan dan pengalaman pada siswa tentang  :
1.       Fungsi Software Pengolah Kata
2.       Software Pengolah Kata melalui perintah, Start, menu atau Icon
3.       Berbagai Software Pengolah Kata sesuai dengan SOP
4.       Perintah pengelolaan file dokumen, New, Open, Save, Save As, Close dan Exit program 
5.       File dokumen disimpan menggunakan berbagai format, al : sxw (text document), doc, rtf (rich tex format), txt (plain text), odt (open document), html (web page)   
6.       File dokumen dijalankan dengan perintah editing sederhana, al : mengetik dan menyelipkan huruf/kata/kalimat, memformat font, text aligment, numbering, bulletm page break, kolom, paragraph, border dan shading, format painter, edit, paste, cut mail merge 
7.       File dokumen diatur dengan perintah, pengaturan, al : ukuran kertas, portrait dan landscape, margin.
8.       Header and Footer, pemberian halaman, penomoran isian berulang diaplikasikan pada file dokumen
9.       Perintah pencetakan seperti, print setup, print preview, diaplikasikan sesuai dengan parameter kertas dan printer
10.   File dokumen dicetak sesuai parameter standar seperti mencetak semua halaman, halaman tertentu, halam yang sedang aktif/edit.Fungsi SOperasi dengan benar
D.     Materi Pembelajaran
1.       Fungsi Software Pengolah Kata
2.       Software Pengolah Kata melalui perintah, Start, menu atau Icon
3.       Macam Software Pengolah Kata
4.       Perintah Pengelolaan file dokumen
5.       File dokumen disimpan menggunakan berbagai format, al : sxw, doc, rtf, txt, odt, html
6.       File dokumen dijalankan dengan perintah editing sederhana
7.       File dokumen diatur dengan layout
8.       Header and Footer
9.       Perintah pencetakan (printer)
10.   File dokumen dicetak sesuai parameter standar

E.      Metode Pembelajaran
1. Strategi Pembelajaran              : Contextual Teaching and Learning
2. Model Pembelajaran                : Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
3. Metode Pembelajaran             : Pendekatan Konsep, Ketrampilan proses,        Lingkungan
F.      Langkah-langkah Pembelajaran
1.       Pertemuan Pertama (6 x 45’)
a.       Kegiatan awal (10’)
Menginformasikan pada siswa tentang tujuan pembelajaran  :
-    Menginformasikan tentang pengertian dan kegunaan Sotware Pengolah Kata  yang digunakan
-    Menginformasikan Kompetensi Dasar dan Indikator yang hendak dicapai serta tujuan pembelajaran
             b.   Kegiatan Inti  (240’)
- Appersepsi guru menggali pengalaman siswa tentang program Software Pengolah Kata yang digunakan
- Siswa dibagi 2 kelompok masing-masing kelompok diberi nomor 1 dan 2 untuk menggali informasi dengan cara membaca SUMBER BELAJAR tentang Software Aplikasi Pengolah Kata yang digunakan. Setiap kelompok menyiapkan diskusi tentang Software Aplikasi Pengolah Kata dengan pembagian kelompok sebagai berikut:
1.      Kelompok 1 tentang : Fungsi software pengolah kata, pengelolaaan file dokumen, file dokumen disimpan dengan berbagai format dan memberikan contohnya
2.      Kelompok 2 tentang : File dokumen dijalankan dengan perintah editing,  Pemberian Header and Footer dan file dokumen dicetak sesuai parameter standar dan memberikan contohnya 
      Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi tentang Sistem Operasi  dan Software Aplikasi dengan cara :
- Guru memfasilitasi presentasi kelompok
- Masing-masing kelompok membuat laporan
             c. Kegiatan Penutup (20’)
                   - Guru dan siswa menyimpulkan tentang fungsi dan kegunaan Software Aplikasi Pengolah kata dalam melakukan kegiatan awal Praktikum di Lab Komputer.
3.       Alat/Bahan
1. Bahan               : FlashDisk, CD-R, CD-RW, Kertas  ( LKS ), CD Bootable Sistem Operasi   
                               CD Program yang diperlukan ( Cd Office )
2. Alat                  : Komputer, Printer, Scanner, Camera Digital, Layar LCD, White Board
4.                  Nilai Hasil Belajar
Bentuk penilaian dapat berupa :
a.                              Penilaian Individu
Penilaian dilakukan terhadap siswa atas pencarian informasi dan mengkaji SUMBER BELAJAR  ( Komputer aktif / Buku Komputer / Majalah Komputer /Internet, dll ).


b.       Penilaian kelompok berupa kerjasama, kemampuan berpendapat, kemampuan menerima pendapat, kualitas beragumentasi kemampuan membuat kesimpulan hasil diskusi.
c.       Uraian Bebas
                     i.             Sebutkan kegunaan program aplikasi Pengolah Kata
                   ii.             Jelaskan apa yang dimaksud dengan Bullet and Numbering
                 iii.             Sebutkan 3 cara menyimpan file dalam program Ms. Word
                 iv.             Sebutkan langkah menyisipkan nomor halaman
                   v.             Apa manfaat dari penggunaan mailmerge
                 vi.             Jelaskan cara menyisipkan gambar dan meletakkannya dalam ms. Word 
               vii.             Jelaskan cara membuat amplop, posisi, dan mencetaknya   
LEMBAR PENILAIAN PENGAMATAN
            Aspek              : AFEKTIF
d.      Indikator         : 1. Mendeskripsikan Fungsi Software Pengolah Kata
Kelas               : II. APK & AKT
Nama Siswa    : -
NO
K O M P O N E N
KETERANGAN
SL
SR
JR
TP
1
Saya mengikuti pelajaran KKPI




2
Saya tidak mengikuti pelajaran KKPI




3
Saya merasa pelajaran KKPI sangat penting




4
Saya berusaha mengejar tugas dengan tepat waktu




5
Saya selalu mengerjakan soal/tugas/latihan di rumah




6
Saya selalu mendiskusikan materi KKPI




7
Saya berusaha mencari SUMBER BELAJAR di Perpustakaan/majalah/pinjam buku ke pengajar






Aspek yang dinilai
Skor pertanyaan positif
Skor Maksimum
1 = selalu
4
4
2 = sering
3
3
3 = jarang
2
2
1 = tidak pernah
1
1

LEMBAR PENILAIAN PENGAMATAN
Aspek              : PSIKOMOTOR
e.       Indikator         : 1. Mendeskripsikan Fungsi Software Aplikasi Pengolah Kata
Kelas               : II. APK & AKT
Nama Siswa    : -
No.
Materi
Penilaian
Benar
Sedang
Salah
1
Jelaskan cara, membuat bullets and numbering serta memberi borders and shading (page border)
10
5
1
2
Jelaskan cara membuat mailmerge data undangan dan anvelopes and labels
10
5
1
3
Jelaskan cara membuat catatan kaki dan memberi nomor halaman
10
5
1
4
Mencari informasi di Internet yang berkaitan dengan Software S.O. dan Software Aplikasi
10
5
1

I.    Sumber Belajar
Sumber Bahan Belajar  :
1.         Adi Kusrianto : Mengupas Tuntas Formula dan Fungsi Ms. Excel : 2000 : PT. Elex Media Komputindo : Jakarta
2.         Vincentia Dwiyani S : Menjadi mahir tanpa guru Ms. Excel 97 : 97 : PT. Elex Media Komputindo : Jakarta
3.         Ir. Hokky Puji Haryodi : Koleksi Latihan Lotus 123, Soal jawab : 96 : Dinastindo : Jakarta
4.         Abdul Razaq R, SIP : 101 langkah cepat & praktis excel 2003 : 2006 : CV. YRAMA WIDYA : Bandung
5.         Rijanto Tosin & Valentina R.I : Koleksi Latihan excel 2000 : 2000 : Dinastindo : Jakarta 
6.         Akhmad Fauzi : Buku latihan Kolaborasi Word & Excel dalam membuat mailmerge : 2004 : PT. Elex Media Komputindo : Jakarta
7.         Johar Arifin & Akhmad Fauzi : Aplikasi Excel dalam aspek financial studi kalayakan : 1999 :  PT. Elex Media Komputindo : Jakarta
8.         DepDikNas DirPenMenJur : Modul KKPI : 2004 : Software Aplikasi Spreadsheet
9.         L K E  : Modul KKPI XI : 2004 : CV. HaKa MJ : Solo
10.     TIM MGMP Komputer : Buku Panduan Ms. Access 97 : 2004 : Perintis : Magetan Jatim  
11.     Mico Pardosi : Internet edisi baru Email, Website & Chatting : 2005 : Indah : Surabaya  
12.     Siyamta : Belajar praktis membuat E-Mail : 2003 : PPPGT VEDC : Malang Jatim
13.     Budi Permana, S.E., Ak., M.Sc. & Kuwerni, S.E., Ak : SPK Access 2003 : 2004 : PT. Elek Media Komputindo : Jakarta.
       15. Rijanto Tosin & Ir. Hokky P.H : Cara Mudah Belajar Acces 97 : 1997 : PT. Elek Media Komputindo : Jakarta.
16.     Madcoms : Rumus dan Fungsi pada Access 97, 2000, 2003 : 2004 : Madcom : Madiun
17.     Kurweni Ukar, SE, Ak : 36 jam belajar komputer word 2003 : 2005 :  PT. Elek Media Komputindo : Jakarta.
18.     Ir. Hokky P.H : Koleksi latihan soal jawab word 97 : 1998 : Dinastindo : Jakarta
19.     Abdul Razaq : Mudah, cepat, lancar Kupas tuntas Access 2003 : 2003 : Indah : Surabaya
20.     Abdul Razaq : Trik cepat belajar sendiri Access untuk SMP, SMA, SMK dan umum : 2006 : CV. Yrama Widya : Bandung
21.     Derry I, Jubilee Enterprise : 101 tip & trik Powerpoint 2003 : 2006 : PT. Elek Media Komputindo : Jakarta.
22.     Drs, Daryanto : Belajar komputer Power Point : 2005 : CV. Yrama Widya : Bandung
23.     Efvy Zamidra Zam : 101 teknik tersembunyi dalam Word Xp : 2003 : Gava Media : Jogjakarta
24.     Efvy Zamidra Zam : 101 teknik tersembunyi dalam windows : 2004 : Gava Media : Jogjakarta
25.     Efvy Zamidra Zam : Menggali lebih dalam 101 teknik rahasia windows : 2003 : Gava Media : Jogjakarta
26.     Efvy Zamidra Zam : 101 teknik tersembunyi dalam Word Xp : 2003 : Gava Media : Jogjakarta
27.     Djoko Pramono : Ms. Access 2.0. : 1996 : PT. Elek Media Komputindo : Jakarta.
28.     Alan Simpson : UP & Running with DOS 6.22 : PT. Elek Media Komputindo : Jakarta.
29.     Sistem Operasi DOS untuk SMA : Bambang Agus Mulyadi : 1995 : PT. Elek Media Komputindo : Jakarta.
30.     Sutiono Gunadi & Thomas Setiawan : Belajar sendiri Lotus 123 release 2.4. : 1996 : PT. Elek Media Komputindo : Jakarta.
31.     Ardiansyah Nur Rohman : Modul belajar KKPI : 2004 : Gema Aksara : Surakarta
32.     Anam ( team media Rizki ) : Buku panduan Excel : 2000 : Media Raya : Surakarta
33.     Drs. M.K. Alamsyah : Pelajaran Komputer SMK cawu 123 : 1993 : C.V. Armico :  Bandung
34.     Ir. Eko Nugroho : Pengenalan komputer (lengkap) : 1993 : Andi Offset : Jogjakarta
35.     LPKBM Madcom Madiun : Panduan lengkap Word 6 for windows : 1996 : Andi : Jogjakarta
36.     Paulus Joko Purwanto & Teguh Wahyono, S.Kom : Kupas tuntas harddisk (maintence & Trobleshooting : 2004 : Gava Media : Jogjakarta
37.     Ali Akbar, S.T.  : panduan merakit Komputer dengan cepat dan mudah : M2S : Bandung
38.     Mandiri Information System : Panduan praktis merakit & mengupgrade PC : 2004 : PD Anindya : Jogjakarta
39.     Tim penulis naskah (Sulardi, M.Pd, Drs. Agus Priyanto) : KKPI (KBK) untuk SMK : 2004 : CV. HaKa MJ : Solo
40.     Warron Budianto & Ridwan M. Sutejo : KKPI Sistem Operasi, Software Pengolah Kata untuk SMK : 2004 : HaKa MJ : Solo   
41.     Ridwan M Sutejo : PBK Excel untuk SMA/SMK paket 2 : Citra
42.     Suwardi : Modul KKPI kelas XI smt 1 : 2004 : CV. MJ : Solo
43.     Ridwan M. Sutejo, dkk : KKPI untuk SMK sederajat 2 B : 2004 : Citra Pustaka Mandiri 
44.     Mico Pardosi : Sistem Operasi Windows 2000 Professional : 2000 : Indah : Surabaya

                                                                                    Kepanjen, 17  Juli   2007
            Mengetahui,                                                               
Kepala Sekolah                                                           Guru Mata Pelajaran

Drs. Susanto Setiawan                                                Y u n a d i,  S.Pd
KTAM. 943 060                                                         KTAM. 840 367
BAB V
PENUTUP
5.1  Simpulan
Bila kita lihat dari beberapa aspek yang terdapat dalam KBK maupun KTSP, ada kesamaan antara keduanya. Kesamaan tersebut diantaranya adalah :
1.   Pendekatan pembelajaran berorintasi pada kompetensi (competence based approach).
2.   Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman
3.   Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi
4.   Penilaian memperhatikan pada proses dan hasil belajar (authentic assessment)
5.  Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif
Sedangkan, perbedaan di antara keduanya dapat dilihat pada :
ASPEK
KURIKULUM 2004
KURIKULUM 2006
1. Landasan Hukum
         Tap MPR/GBHN Tahun 1999-2004
         UU No. 20/1999 – Pemerintah-an Daerah
         UU Sisdiknas No 2/1989 kemudian diganti dengan UU No. 20/2003
         PP No. 25 Tahun 2000 tentang pembagian kewenangan
         UU No. 20/2003 – Sisdiknas
         PP No. 19/2005 – SPN
         Permendiknas No. 22/2006 – Standar Isi
         Permendiknas No. 23/2006 – Standar Kompetensi Lulusan
2. Implementasi /
Pelaksanaan
Kurikulum
         Bukan dengan Keputusan/ Peraturan Mendiknas RI
         Keputusan Dirjen Dikdasmen No.399a/C.C2/Kep/DS/2004 Tahun 2004.
         Keputusan Direktur Dikme-num No. 766a/C4/MN/2003 Tahun 2003, dan No. 1247a/ C4/MN/2003 Tahun 2003.
         Peraturan Mendiknas RI No. 24/2006 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri No. 22 tentang SI dan No. 23 tentang SKL
3. Ideologi Pendidik-
an yang Dianut
         Liberalisme Pendidikan : terciptanya SDM yang cerdas, kompeten, profesional dan kompetitif
         Liberalisme Pendidikan : terciptanya SDM yang cerdas, kompeten, profesional dan kompetitif
4. Sifat (1)
         Cenderung Sentralisme Pendidikan : Kurikulum disusun oleh Tim Pusat secara rinci; Daerah/Sekolah hanya melaksanakan
         Cenderung Desentralisme Pendidikan : Kerangka Dasar Kurikulum disusun oleh Tim Pusat; Daerah dan Sekolah dapat mengembangkan lebih lanjut.
5. Sifat (2)
         Kurikulum disusun rinci oleh Tim Pusat (Ditjen Dikmenum/ Dikmenjur dan Puskur)
         Kurikulum merupakan kerangka dasar oleh Tim BSNP
6. Pendekatan
         Berbasis Kompetensi
         Terdiri atas : SK, KD, MP dan Indikator Pencapaian
         Berbasis Kompetensi
         Hanya terdiri atas : SK dan KD. Komponen lain dikembangkan oleh guru
7. Struktur
         Berubahan relatif banyak dibandingkan kurikulum sebelumnya (1994 suplemen 1999)
         Ada perubahan nama mata pelajaran
         Ada penambahan mata pelajaran (TIK) atau penggabungan mata pelajaran (KN dan PS di SD)
         Penambahan mata pelajaran untuk Mulok dan Pengem-bangan diri untuk semua jenjang sekolah
         Ada pengurangan mata pelajaran (Misal TIK di SD)
         Ada perubahan nama mata pelajaran
         KN dan IPS di SD dipisah lagi
         Ada perubahan jumlah jam pelajaran setiap mata pelajaran
8. Beban Belajar
         Jumlah Jam/minggu :
         SD/MI = 26-32/minggu
         SMP/MTs = 32/minggu
         SMA/SMK = 38-39/minggu
         Lama belajar per 1 JP:
         SD = 35 menit
         SMP = 40 menit
         SMA/MA = 45 menit
         Jumlah Jam/minggu :
         SD/MI 1-3 = 27/minggu
         SD/MI 4-6 = 32/minggu
         SMP/MTs = 32/minggu
         SMA/MA= 38-39/minggu
         Lama belajar per 1 JP:
         SD/MI = 35 menit
         SMP/MTs = 40 menit
         SMA/MA = 45 menit
9. Pengembangan
Kurikulum lebih
lanjut
         Hanya sekolah yang mampu dan memenuhi syarat dapat mengembangkan KTSP.
         Guru membuat silabus atas dasar Kurikulum Nasional dan RP/Skenario Pembelajaran
         Semua sekolah /satuan pendidikan wajib membuat KTSP.
         Silabus merupakan bagian tidak terpisahkan dari KTSP
         Guru harus membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
10. Prinsip
Pengembangan
Kurikulum
1.       Keimanan, Budi Pekerti Luhur, dan Nilai-nilai Budaya
2.       Penguatan Integritas Nasional
3.       Keseimbangan Etika, Logika, Estetika, dan Kinestetika
4.       Kesamaan Memperoleh Kesempatan
5.       Perkembangan Pengetahuan dan Teknologi Informasi
6.       Pengembangan Kecakapan Hidup
7.       Belajar Sepanjang Hayat
8.       Berpusat pada Anak
9.       Pendekatan Menyeluruh dan Kemitraan
1.       Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya
2.       Beragam dan terpadu
3.       Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
4.       Relevan dengan kebutuhan kehidupan
5.       Menyeluruh dan berkesinam-bungan
6.       Belajar sepanjang hayat
7.       Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
11. Prinsip
Pelaksanaan
Kurikulum
Tidak terdapat prinsip pelaksanaan kurikulum
1.       Didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya.
1.       Menegakkan lima pilar belajar:
1.       belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME,
2.       belajar untuk memahami dan menghayati,
3.       belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif,
4.       belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain,
5.       belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses pembela-jaran yang efektif, aktif, kreatif & menyenangkan.
3. Memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan perbaik-an, pengayaan, dan/atau percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisinya dengan memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi ke-Tuhanan, keindividuan, kesosialan, dan moral.
1.       Dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang saling meneri-ma dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat, dengan prinsip tut wuri handayani, ing madia mangun karsa, ing ngarsa sung tulada
5. Menggunakan pendekatan multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan meman-faatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar.
6. Mendayagunakan kondisi alam, sosial dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal.
7. Diselenggarakan dalam kese-imbangan, keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok dan memadai antarkelas dan jenis serta jenjang pendidikan.
12. Pedoman
Pelaksanaan
Kurikulum
1.       Bahasa Pengantar
2.       Intrakurikuler
3.       Ekstrakurikuler
4.       Remedial, pengayaan, akselerasi
5.       Bimbingan & Konseling
6.       Nilai-nilai Pancasila
7.       Budi Pekerti
8.       Tenaga Kependidikan
9.       Sumber dan Sarana Belajar
10.   Tahap Pelaksanaan
11.   Pengembangan Silabus
12.   Pengelolaan Kurikulum
Tidak terdapat pedoman pelaksanaan kurikulum seperti pada Kurikulum 2004.

5.2  Kritik dan Saran
A.    Kritik
1.      Pemerintah pusat dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional masih terlalu intervensi terhadap kewenangan sekolah dan guru untuk mengembangkan kurikulum tersebut.
2.      Masih belum jelasnya ( bias ) pengertian kompetensi sehingga ketika diterapkan pada standar kompetensi kelulusan belum terlalu aplikatif.
3.      Adanya system penilaian yang belum begitu jelas dan terukur.
B.     Saran
1.      Untuk pengembangan model Kurikulum berbasis Kompetensi sebaiknya para Guru menetapkan sasaran materi yang jelas sehingga tidak adanya lagi rasa ketakutan guru terhadap ketersediaan waktu yang ada  dengan banyanknya materi yang pembelajaran.
2.      Pemerintah pusat dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional jangan terlalu intervensi terhadap kewenangan sekolah dan guru untuk mengembangkan kurikulum yang mereka kembangkan.
3.      Jika belajar dari beberapa perkembangan model pembelajaran yang telah berkembang di Indonesia dapat diambil kesimpulan bahwa setiap kurikulum yang ingin dikembangkan itu tidak ada penelitian tentang hasil prestasi yang dicapai dari model kurikulum yang sebelumnya. Sehingga seperti yang telah terjadi pada pengembangan KBK serta kurikulum sebelumnya justru menimbulkan kritikan pedas karena ketidakberhasilanmodel kurikulum tersebut.
4.       Sebaiknya jika ingin membuat kebijakan kurikulum baru atau sejenisnya, terlebih dahulu membuat riset atau penelitian untuk kurikulum sebelumnya. Jadi kita bias bercermin dari pengembangan kurikulum yang terdahulu. Jika mengalami kekurangan, maka itulah yang harus dibenahi. Tetapi jika ada sisi positifnya, maka pertahankan untuk pengembangan kurikulum yang baru. Sehingga untuk ke depannya akan diperoleh pendidikan Indonesia yang bermutu dan tidak akan ada lagi yang beranggapan bahwa pendidikan Indonesia tidak bermutu.

1 komentar:

  1. Thx Much mbg Brow Info.na TTG KBK n KTSP.....Sangat Membantu....

    BalasHapus